1. Tahun 1910-1911, Misionaris Yesuit beberapa kali mengunjungi wilayah barat Manggarai.
2. Tanggal 14-19 Juni 1911, Pastor Engbers, SJ, pastor tetap untuk Sikka, dengan menumpang kapal Kapten de Kock, datang dari Maumere ke Labuan Bajo. Dia mengunjungi orang Katolik asal Larantuka yang bekerja sebagai penyelam mutiara di Labuan Bajo. Di Labuan Bajo, Pastor Engbers mempermandikan anak-anak kecil orang Larantuka yang bekerja dan tinggal di sana. Dalam kunjungan tersebut beberapa kali misionaris singgah dan berpastoral juga di Reo.
3. Tanggal 17 Mei 1912, P. Loojmans, SJ, membaptis orang Manggarai pertama masuk agama Katolik di Reo. Mereka adalah Katarina (Arbero), Henricus, Agnes Mina, Caecilia Weloe, dan Helena Loekoe. Mereka dibaptis dalam usia dewasa dan langsung menerima sakramen nikah suci pada hari yang sama. Periode karya misionaris Yesuit merupakan masa evangelisasi secara sporadis di Manggarai.
B. Periode Awal Karya Misionaris SVD (tahun 1914-1920).
1. Periode 1914: Mgr. Petrus Noyen, SVD, berlayar ke Reo, Labuan Bajo, dan kemudian ke Ruteng.
2. November 1915: Mgr. Petrus Noyen, SVD, melakukan hal yang sama.
3. Tahun 1916-1920: P. Wilhen Baack, SVD, selaku Inspektur Sekolah Misi menjelajahi wilayah Manggarai dari jurusan timur: Wae Mokel, Borong, Sita, Ruteng, Reo sambil merayakan ekaristi dan mempermandikan umat.
1. Periode 1914: Mgr. Petrus Noyen, SVD, berlayar ke Reo, Labuan Bajo, dan kemudian ke Ruteng.
2. November 1915: Mgr. Petrus Noyen, SVD, melakukan hal yang sama.
3. Tahun 1916-1920: P. Wilhen Baack, SVD, selaku Inspektur Sekolah Misi menjelajahi wilayah Manggarai dari jurusan timur: Wae Mokel, Borong, Sita, Ruteng, Reo sambil merayakan ekaristi dan mempermandikan umat.
C. Periode Pembentukan Struktur Hirarkis (tahun 1920-1961).
1. Tahun 1920-1924: Stasi-stasi induk misi Katolik mulai dibentuk.
2. Tanggal 23 September 1920: Didirikan stasi induk Ruteng sebagai pusat wilayah misi Manggarai bagian tengah. Stasi ini dipimpin oleh P. Bernard Glaneman, SVD, yang berdomisili di Ruteng.
3. Tanggal 6 Maret 1921: P. Wilhem Yansen, SVD, tiba dan kemudian menetap di Lengko Ajang sebagai pusat misi di wilayah Manggarai Timur.
4. Tanggal 6 April 1924: P. Franz Eickmann, SVD, datang ke Rekas sebagai pusat wilayah misi di Manggarai Barat.
5. Tahun 1925: sudah ada dua paroki dengan 7.036 umat di Manggarai.
6. Tanggal 29 September 1929: Gereja Katolik Manggarai mendapat status Dekenat dengan Deken pertamanya P. Thomas Koning, SVD.
7. Tahun 1929 : mulai dirintis pembangunan Gereja Katedral.
8. Tahun 1931: Pembangunan Gereja Katedral selesai. Ini merupakan simbol awal persatuan Gereja Katolik Manggarai.
9. Tanggal 8 Maret 1951: Dekenet Manggarai ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik Ruteng dengan Vikaris Apostolik pertama P. Wilhelmus van Bekkum, SVD.
1. Tahun 1920-1924: Stasi-stasi induk misi Katolik mulai dibentuk.
2. Tanggal 23 September 1920: Didirikan stasi induk Ruteng sebagai pusat wilayah misi Manggarai bagian tengah. Stasi ini dipimpin oleh P. Bernard Glaneman, SVD, yang berdomisili di Ruteng.
3. Tanggal 6 Maret 1921: P. Wilhem Yansen, SVD, tiba dan kemudian menetap di Lengko Ajang sebagai pusat misi di wilayah Manggarai Timur.
4. Tanggal 6 April 1924: P. Franz Eickmann, SVD, datang ke Rekas sebagai pusat wilayah misi di Manggarai Barat.
5. Tahun 1925: sudah ada dua paroki dengan 7.036 umat di Manggarai.
6. Tanggal 29 September 1929: Gereja Katolik Manggarai mendapat status Dekenat dengan Deken pertamanya P. Thomas Koning, SVD.
7. Tahun 1929 : mulai dirintis pembangunan Gereja Katedral.
8. Tahun 1931: Pembangunan Gereja Katedral selesai. Ini merupakan simbol awal persatuan Gereja Katolik Manggarai.
9. Tanggal 8 Maret 1951: Dekenet Manggarai ditingkatkan statusnya menjadi Vikariat Apostolik Ruteng dengan Vikaris Apostolik pertama P. Wilhelmus van Bekkum, SVD.
Periode Keuskupan (tahun 1961-sekarang).
Masa Episcopat Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD.(1961-1972)
1. Tanggal 3 Januari 1961: Vikaris Apostolik Ruteng, berubah status menjadi Keuskupan dengan Uskup pertama Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD. Pada masa ini mulai diletakkan dasar untuk secara intensif dimulai karya penyebaran iman, secara intensif pula dimulai karya inkulturasi, dan mulai merintis pemandirian di bidang ketenagaan.
2. Tanggal 31 Januari 1972: Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD, dengan hormat dibebaskan dari tugas dan jabatan sebagai Uskup Ruteng.
Masa Episcopat Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD.(1961-1972)
1. Tanggal 3 Januari 1961: Vikaris Apostolik Ruteng, berubah status menjadi Keuskupan dengan Uskup pertama Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD. Pada masa ini mulai diletakkan dasar untuk secara intensif dimulai karya penyebaran iman, secara intensif pula dimulai karya inkulturasi, dan mulai merintis pemandirian di bidang ketenagaan.
2. Tanggal 31 Januari 1972: Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD, dengan hormat dibebaskan dari tugas dan jabatan sebagai Uskup Ruteng.
Masa Episcopat Mgr. Vitalis Djebarus, SVD. (1973-1981)
1. Tanggal 31 Januari 1972: P. Vitalis Djebarus, SVD, diangkat menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng.
2. Tanggal 5 Mei 1973: P. Vitalis Djebarus, SVD, ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng kedua. Pada masa itu, bersamaan saat dengan masa indonesianisasi di Indonesia, telah mulai ditanam karya-karya awal di bidang pemandirian: ketenagaan, iman, finansial. Ide dan visi tentang gereja mandiri dengan pelbagai aspeknya mulai dirintis dengan baik pada masa ini.
3. Tanggal 4 Januari 1981: Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, dibebaskan dari tugas dan jabatannya sebagai Uskup Ruten dan sekaligus diangkat menjadi Uskup Denpasar. Sejak kepindahan Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, ke Denpasar, pimpinan Keuskupan Ruteng ditangani oleh P. Gerardus Mezenberg, SVD, sebagai Vikaris Kapitularis.
4. Tanggal 15 Desember 1983: Pimpinan Keuskupan Ruteng dialihkan kepada Rm. Max Nambu, Pr, sebagai Administrator Diosesanus.
1. Tanggal 31 Januari 1972: P. Vitalis Djebarus, SVD, diangkat menjadi Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng.
2. Tanggal 5 Mei 1973: P. Vitalis Djebarus, SVD, ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng kedua. Pada masa itu, bersamaan saat dengan masa indonesianisasi di Indonesia, telah mulai ditanam karya-karya awal di bidang pemandirian: ketenagaan, iman, finansial. Ide dan visi tentang gereja mandiri dengan pelbagai aspeknya mulai dirintis dengan baik pada masa ini.
3. Tanggal 4 Januari 1981: Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, dibebaskan dari tugas dan jabatannya sebagai Uskup Ruten dan sekaligus diangkat menjadi Uskup Denpasar. Sejak kepindahan Mgr. Vitalis Djebarus, SVD, ke Denpasar, pimpinan Keuskupan Ruteng ditangani oleh P. Gerardus Mezenberg, SVD, sebagai Vikaris Kapitularis.
4. Tanggal 15 Desember 1983: Pimpinan Keuskupan Ruteng dialihkan kepada Rm. Max Nambu, Pr, sebagai Administrator Diosesanus.
Masa Episcopat Mgr. Eduardus Sangsun, SVD. (1985-2008)
1. Tanggal 3 Desember 1984: P. Eduardus Sangsun, SVD, diangkat oleh Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng.
2. Tanggal 25 Maret 1985: P. Eduardus Sangsun, SVD, ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng ke tiga.
3. Pada masa ini dimulai secara intensif program dan strategi pastoral dalam hal pengakaran gereja di Manggarai untuk membangun Gereja Katolik Manggarai yang mandiri, misioner, dan bermasyarakat. Pada masa ini pula diupayakan penyatuan visi dan persepsi tentang kemandirian paroki, restrukturisasi dewan pastoral paroki, penyempurnaan dan pemantapan perangkat-perangkat pastoral mulai dari keuskupan sampai tingkat paroki, menentukan rumusan arah dasar karya pastoral Gereja Katolik Manggarai, penegasan kembali visi dan persepsi tentang gereja yang melayani, yang harus mandiri, misioner, dan terintegrasi dengan masyarakat.
4. Dalam seluruh proses perkembangan sejarah Gereja Katolik Manggarai kegiatan penyebaran agama dari para misionaris dan karya pastoral yang dijalankan oleh para petugas pastoral telah mendapat beberapa penekanan dan perhatian khusus. Ada perhatian secara khusus kepada para penerima pesan Injil, kepada pengalaman dan budaya serta persepsi orang Manggarai sendiri melalui usaha para misionaris SVD, antara lain usaha di bidang penelitian dari P. Jilis Verheijen, SVD, P. Piet de Graaf, SVD, Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD, dalam bidang liturgi/inkulturasi, dalam bidang bahasa Manggarai, dan kebudayaan (khususnya tentang perkawinan).
5. Perhatian kepada masyarakat kecil orang Manggarai mendapatkan tempat khusus dan istimewa di bidang sosial dan kemasyarakatan. Pertanian, persawahan, pemasukan bibit-bibit baru pertanian (vanili, cengkeh, dll) yang dengan usaha itu meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat Manggarai, dan usaha tersebut menyebar serta merata ke seluruh wilayah Manggarai.
1. Tanggal 3 Desember 1984: P. Eduardus Sangsun, SVD, diangkat oleh Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng.
2. Tanggal 25 Maret 1985: P. Eduardus Sangsun, SVD, ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng ke tiga.
3. Pada masa ini dimulai secara intensif program dan strategi pastoral dalam hal pengakaran gereja di Manggarai untuk membangun Gereja Katolik Manggarai yang mandiri, misioner, dan bermasyarakat. Pada masa ini pula diupayakan penyatuan visi dan persepsi tentang kemandirian paroki, restrukturisasi dewan pastoral paroki, penyempurnaan dan pemantapan perangkat-perangkat pastoral mulai dari keuskupan sampai tingkat paroki, menentukan rumusan arah dasar karya pastoral Gereja Katolik Manggarai, penegasan kembali visi dan persepsi tentang gereja yang melayani, yang harus mandiri, misioner, dan terintegrasi dengan masyarakat.
4. Dalam seluruh proses perkembangan sejarah Gereja Katolik Manggarai kegiatan penyebaran agama dari para misionaris dan karya pastoral yang dijalankan oleh para petugas pastoral telah mendapat beberapa penekanan dan perhatian khusus. Ada perhatian secara khusus kepada para penerima pesan Injil, kepada pengalaman dan budaya serta persepsi orang Manggarai sendiri melalui usaha para misionaris SVD, antara lain usaha di bidang penelitian dari P. Jilis Verheijen, SVD, P. Piet de Graaf, SVD, Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD, dalam bidang liturgi/inkulturasi, dalam bidang bahasa Manggarai, dan kebudayaan (khususnya tentang perkawinan).
5. Perhatian kepada masyarakat kecil orang Manggarai mendapatkan tempat khusus dan istimewa di bidang sosial dan kemasyarakatan. Pertanian, persawahan, pemasukan bibit-bibit baru pertanian (vanili, cengkeh, dll) yang dengan usaha itu meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat Manggarai, dan usaha tersebut menyebar serta merata ke seluruh wilayah Manggarai.
Masa Episcopat Mgr. Hubertus Leteng, Pr. (2009-sekarang)
1. Tanggal 7 November 2009, diangkat oleh Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng.
2. Tanggal 14 April 2010: Rm. Hubertus Leteng, Pr ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng.
1. Tanggal 7 November 2009, diangkat oleh Tahta Suci menjadi Uskup Ruteng.
2. Tanggal 14 April 2010: Rm. Hubertus Leteng, Pr ditahbiskan menjadi Uskup Ruteng.
Dalam sejarah perkembangan Gereja Katolik Manggarai sampai saat ini terasa penting untuk mendukung kontinuitas sejarah dan kegiatan karya pastoral melalui usaha pelestarian kultur yang bersentuhan dengan usaha-usaha inkulturasi liturgi gereja, integritas Gereja Katolik dalam kebudayaan, kemudian "Kristenisasi" budaya dan adat istiadat sambil tidak menghapus nilai-nilai Kerajaan Allah. Hal ini terasa sangat positif dan telah berkembang baik dalam usaha dan karya seorang tokoh awam, Bapak Petrus Janggur (dan kawan-kawan), salah seorang penerus karya Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD dan P. Jilis Verheijen, SVD.
Pada saat ini, Keuskupan Ruteng terdiri dari 76 paroki yang terbagi dalam tiga wilayah kevikepan.
1. Kevikepan Ruteng: 29 Paroki
Beokina, Cancar, Cewonikit, Denge, Iteng, Ka Redong, Kajong, Beanio, Karot, Katedral, Kristus Raja, Kumba, Kuwu, Langke Majok, Loce, Nanu, Narang, Ngkor, Pagal, Poco, Poka, Ponggeok, Rejeng/Ketang, Reo, Ri'I, Ru'a, Timung, Todo, Wangkung Rahong
2. Kevikepan Borong: 27 Paroki
Bea Muring, Benteng Jawa, Borong, Colol, Dampek, Kisol, Lawir, Lempang Paji, Lengko Ajang, Lengko Elar, Mamba, Mano, Mbata, Mbeling, Mok, Mombok, Mukun, Nangalanang, Pota, Sita, Tanggar, Tilir, Waelengga, Waerana, Watunggong, Weleng, Wukir
3. Kevikepan Labuan Bajo: 20 Paroki
Labuan Bajo, Bari, Boleng, Datak, Golowelu, Lando, Nunang, Orong, Pacar, Pateng, Rangga, Ranggu, Rekas, Reweng, Sok Rutung, Tentang, Wajur, Waning, Wangkung, Werang, Waenakeng.
1. Kevikepan Ruteng: 29 Paroki
Beokina, Cancar, Cewonikit, Denge, Iteng, Ka Redong, Kajong, Beanio, Karot, Katedral, Kristus Raja, Kumba, Kuwu, Langke Majok, Loce, Nanu, Narang, Ngkor, Pagal, Poco, Poka, Ponggeok, Rejeng/Ketang, Reo, Ri'I, Ru'a, Timung, Todo, Wangkung Rahong
2. Kevikepan Borong: 27 Paroki
Bea Muring, Benteng Jawa, Borong, Colol, Dampek, Kisol, Lawir, Lempang Paji, Lengko Ajang, Lengko Elar, Mamba, Mano, Mbata, Mbeling, Mok, Mombok, Mukun, Nangalanang, Pota, Sita, Tanggar, Tilir, Waelengga, Waerana, Watunggong, Weleng, Wukir
3. Kevikepan Labuan Bajo: 20 Paroki
Labuan Bajo, Bari, Boleng, Datak, Golowelu, Lando, Nunang, Orong, Pacar, Pateng, Rangga, Ranggu, Rekas, Reweng, Sok Rutung, Tentang, Wajur, Waning, Wangkung, Werang, Waenakeng.
Selain
para imam projo yang bekerja dalam berbagai bidang pastoral terdapat
juga biara-biara dan tarekat-tarekat yang bersama-sama membangun Gereja
lokal Manggarai, baik biarawan mau pun biarawati bersama tokoh-tokoh
umat dan umat seluruhnya.
Sumber: Dikutip dari Kalender 100 Tahun Keuskupan Ruteng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar